in

The Prabowo’s way: Catatan Kritis Strategi, Kepemimpinan dan Kebijakan

Oleh: Nur Iswan, Senior Advisor IndoPolicy & Business Review (IPBR)

Kawan baik. Mohon doa. Saya sedang mempersiapkan buku. Judul besarnya The Prabowo’s way. Mudah-mudahan bisa selesai dalam waktu dekat. Dengan style essay. Setidaknya, 4 (empat) essay sudah saya edarkan di kalangan dekat atau grup terbatas. Juga diedarkan di IG, Bekerjasama dengan INDOPOL (IndoPolicy and Business Review).

Bebeberapa sahabat yang mengelola media online, sudah juga memuatnya. Tentu saja, saya merespon dengan senang hati dan sekaligus berterima kasih.

Seorang penulis senior yang saya anggap guru, mencandai saya: “Wah, Iswan kok sudah pindah ke Prabowo!”. Sambil berkelakar mesra. Ia memang tahu persis bahwa saya mendukung @aniesbaswedan dan sepertinya senior itu lebih sreg dengan @ganjar_pranowo

Saya meresponnya lebih mesra, “Waahh, berarti abang belum baca tuntas tulisannya. Wong, sarat kritik juga.” Kita berdua tertawa lepas. Kan Pilpres sudah usai. Prabowo yang menang. Kita kembali ke aktifitas semula. Wong Anies dan Ganjarnya saja sudah menerima.

Baca Juga :  Urgensi dan Relevansi NDP HMI dalam Mengahadapi Tantangan Mahasiswa Indonesia

Senior saya itu memang tak salah sepenuhnya. Ia menilai dari judul. Mungkin ia punya trauma. Pernah membaca buku, judulnya nama orang. Tapi isinya “terlalu opportunis” dan berisi puja-pujian.

Sahabat lain yang juga penulis, memberikan insight. “Iswan, jangan membuat saya mules ya. Maksudnya, jangan berlebihan dalam memuji kecuali memang dimaksudkan untuk itu. Jika isinya cuma pujian maka mulesnya bisa sama, spt melihat Iswan menyanyi di Nur Iswan Channel on Youtube!” katanya.

Ia memberi saran, saya membaca buku Prabowo. Saya tahu, Prabowo menulis setidaknya 4 buku: Paradoks Indonesia. Kepemimpinan Militer (Jilid 1 dan 2) dan Strategi Transformasi Bangsa. Mungkin saya pernah membacanya. Tapi belum semua.

Seorang sahabat lain, wartawan senior, mengapresiasi. “Jangan hiraukan komentar negatif. Lanjutkan!” katanya.

Senior perempuan lain juga memotivasi. “Terus menulis aja, agar bisa memancing senior lain mengkritik tulisanmu!” Katanya.

Baca Juga :  Ramadan sebagai bulan transformasi (1)

Seorang junior juga memberi masukan soal diksi kata dan kalimat singkat dalam penulisan. Sekaligus menyarankan agar memakai singkatan untuk nama lembaga IndoPolicy and Business Review (IPBR).

Saya sadar, dalam Hidup itu kita harus belajar untuk “jembar atine”. Luas hatinya. Tak boleh tegang dan apalagi. Jangan baperan. Kritik dan apresiasi harus diterima setara. Disulap jadi hikmah dan pelajaran. Kritik aja kita terima dengan senang hati. Apalagi apresiasi dan motivasi.

Yang pasti, saya ingin menulis buiu The Prabowo’s way secara kritis dan adil saja. Jika baik, diapresiasi. Jika salah, kita kritisi, luruskan dan beri masukan.

Sebagai Gerindra sejati, saya yakin, Prabowo bisa menerima kritik sekeras apapun. Tidak akan marah. Bahkan, jangan-jangan tersenyum menerimanya.

Kritik adalah instrumen untuk mencintai, menyelamatkan, mengingatkan dan mensukseskan. Jika mindset seperti Itu maka tidak akan ada yang marah jika dikritik.

Baca Juga :  Dukung Program Presiden Prabowo, PT SBP Bagi Makan dan Susu Gratis

semua itu, diyakini, untuk dan atas nama cinta maupun Indonesia. Silahkan para pembaca membaca dan kemudian menilai buku ini.

Ada kutipan menarik dari tokoh yang dalam rentang hidupnya dimusuhi sekaligus diapresiasi. “Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan’.
(Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, 1975.)

Adil dalam pikiran. Adil dalam sikap dan perbuatan. Termasuk dalam menilai Prabowo. Juga kepada Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, Jokowi, Anies, Ganjar, Para Ketum Partai dan lain-lain. Bahkan kita harus adil kepada diri kita dan keluarga kita sendiri. Bukankah adil ini dikenal di hampir semua agama dan budaya masyarakat?

Iseng-iseng CEO Indopol dan Dir. Riset @ratnosulistiyanto @purwanto.mashpur bertanya ke Chat GPT tentang sampulnya. Dan itu hasilnya.***

Written by Akril Abdillah