4.5k ViewsKomentar Dinonaktifkan pada KAHMI ITU SEBENARNYA APA?
Oleh Said Muniruddin | Presidium KAHMI Aceh
Bismillahirrahmanirrahim.
Sulit kita pahami, untuk selanjutnya bisa efektif mengelola KAHMI. Walau kepanjangannya sama-sama sudah kita ketahui: “Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam.”
KAHMI itu organisasi yang terlalu generik. Terlalu besar. Terlalu luas bidangnya. Terlalu heterogen orangnya. Mungkin juga terlalu banyak kepentingannya.
Akademisi ada. Politisi ada. Pengusaha ada. Ulama ada. Pemikir ada. Praktisi ada. Orang baik ada. Bandit ada. NU ada. Muhammadiyah ada. Yang rajin sholat ada. Yang lupa sholat juga ada. Yang hafal 30 juz Quran ada. Yang lupa cara baca syahadat, mungkin juga masih ada. Semua ada.
Karena itu, sulit sebenarnya memenej KAHMI. Karena dipikir sulit, makanya ada KAHMI di sejumlah daerah yang tidak hidup. Tidak tau mau diapain organisasinya. Sehingga KAHMI-nya tidak bergerak. Tidak ada kegiatan. Hanya muncul kalau ada Munas dan Muswil saja.
Sebenarnya tidak sulit juga untuk mengelola KAHMI. Kalaupun ketua atau koordinatornya kurang uang, KAHMI bisa sekedar menjadi komplotan ngopi-ngopi. Ngumpul tiap minggu, untuk membahas kisah masa lalu. Saat mahasiswa. Saat masih dikaderkan di berbagai jenjang LK. Saat saling lempar kursi dalam Konperca. Saat memecat ketua.
Kalau ketua atau koordinatornya kebetulan banyak uang, juga dermawan, mungkin kegiatannya menjadi lebih berwarna. Ada buka puasa. Ada halal bi halal. Ada maulid. Ada nonton film Lafran. Ada diskusi. Adalah macam-macam. Sekedar meniru kegiatan yang orang-orang sudah umum lakukan.
Kalau pengurus KAHMI-nya sedikit bersemangat, punya pikiran dan mau saling kumpul uang; mungkin bisa lahir gedung kantor, universitas, badan wakaf, koperasi dan lainnya. Kita patut memberi apresiasi kepada MN KAHMI. Dalam banyak hal telah memberi contoh baik dalam pengembangan organisasi. MN KAHMI terlihat cukup aktif dengan kajian.
Kami di Aceh punya Dr. Nashrullah RCL, yang tak habis-habis, tiap malam memposting link zoom seminar KAHMI. Dari postingan beliau inilah saya tau, KAHMI nasional intensif melakukan konsolidasi sumberdaya dan intelektual.
Selanjutnya kita harus terus berpikir dan bergerak, sesuai tantangan zaman. KAHMI ini mau dibuat dan diaktivasi seperti apa. Mungkin ada KAHMI yang sukanya hanya jalan santai. Atau dayung-dayung sepeda. Ada juga yang hobinya hanya baca-baca Quran saja. Silakan. Mungkin sudah capek berpikir berat-berat. Atau mungkin gak ada pikiran sama sekali. Mau jadi organisasi sosialita sekalipun, juga bisa.
Mungkin ada juga yang masih membekas ideologi ke-HMI-annya. Masih militan dengan NDP-nya. Masih hafal visi “Insan Cita”. Visi menjadi kader dan alumni yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT. Jangan kasih kendor. Gaskan!
Hemat saya, organisasi KAHMI itu sangat fleksibel. Tidak saklek dalam satu model gerakan dan kepemimpinan. Dalam fleksibilitas inilah sebenarnya kita diberi ruang untuk terus berkreasi. Untuk terus bersama-sama meretas jalan menuju Tuhan. Menurut mazhab pemikiran dan tantangan lokal.
KAHMI ini sebenarnya hanyalah sebuah organisasi yang pernah menanamkan kita ideologi. Bahwa kita hidup untuk dunia ilahi. Untuk Islam. Untuk Indonesia. Karena itu kepengurusan KAHMI di setiap daerah harus aktif. Pimpinannya harus gigih. Setidaknya untuk terus mengingatkan kita akan “misi suci.”
Satu hal yang pasti. Jangan pernah lelah. Jangan merasa tua. Jangan merasa telah berbuat banyak. Kita yang berdarah hijau hitam harus tetap memiliki energi. Mungkin tidak harus dengan semuanya aktif di KAHMI. Bisa juga dengan memimpin dan memberi pengaruh pada berbagai sektor kehidupan publik, tempat kita semua mengabdi.
Kita tidak tau KAHMI ini ke depan akan berkembang menjadi apa. Mungkin saja menjadi semacam AIPAC di Amerika. Lembaga lobi Yahudi yang punya uang tak terbatas, yang bisa membeli dan mempengaruhi apa saja. Mungkin saja menjadi Hizbullah, organisasi bersenjata yang siap membela, katakanlah kalau Singapore atau Australia tiba-tiba silap ingin menyerang Indonesia.
Mungkin juga KAHMI menjadi Ormas yang punya sekolah, rumah sakit, hotel, masjid, tambang dan perkebunan di seluruh Indonesia. Mungkin juga menjadi partai politik; kalau kita sudah bosan dengan Golkar, PDI, Nasdem, Demokrat, dan sebagainya. Apalagi belakangan gaya hedon dan angkuh politisi kita seperti menantang masyarakat untuk menjarah aset-asetnya.