in ,

Kontrasepsi Bukan Sekadar Medis, Tapi juga Mental dan Kualitas Hidup Keluarga

Dr. Drs. Wahidin, M.Kes Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Kemendukbangga
Dr. Drs. Wahidin, M.Kes Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Kemendukbangga

Jakarta, Kemendukbangga/BKKBN – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN (Kemendukbangga/BKKBN) melalui program KB dan Kesehatan Reproduksi (Kespro) berupaya untuk selalu meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Kemendukbangga/BKKBN, Dr. Drs. Wahidin, M.Kes, saat membuka webinar bertema “Peran Kontrasepsi dalam Mewujudkan Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas 2045” yang ditayangkan live di kanal Youtube Kemendukbangga/BKKBN, Selasa (19/9/2025).

Wahidin mengatakan, melalui program KB dan Kespro masyarakat, khususnya PUS, diarahkan untuk dapat membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan reproduksi mereka, termasuk dalam hal merencanakan keluarga.

Saat ini Indonesia sedang berada pada fase di mana angka kelahiran dan kematian mendekati keseimbangan, dengan Total Fertility Rate (TFR) di angka 2,11. Namun, tantangan saat ini adalah disparitas antar wilayah terkait dengan TFR. Ada sejumlah daerah yang TFR-nya justru belum mencapai keseimbangan.

Dalam webinar yang merupakan rangkaian peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2025 ini, Wahidin menegaskan bahwa kontrasepsi bukan hanya sekedar menunda atau mencegah kehamilan, tetapi juga bagian dari hak setiap individu dan pasangan untuk merencanakan keluarga.

“Terdapat dua manfaat dari program KB yaitu konteks makro dan mikro. Dalam konteks mikro, akan berguna sekali bagi setiap pasangan dan keluarga untuk menentukan pilihan kapan dia akan hamil, melahirkan, dan ini secara langsung maupun tidak langsung tentu berhubungan dengan kesejahteraan keluarga,” ungkap Wahidin.

Dalam konteks makro, Wahidin mengatakan bahwa program KB berdampak sangat luas yaitu penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), penurunan prevalensi stunting, juga terkait dengan penurunan angka kemiskinan ekstrem.

Kontrasepsi Berperan Besar Dalam Pembangunan

Hadir sebagai narasumber Dr. dr. Herbert Situmorang, Sp.OG., Subsp.FER, yang menekankan bahwa kontrasepsi berperan besar dalam pembangunan nasional. Selain membantu pasangan merencanakan kehamilan dengan aman, kontrasepsi juga menjadi kunci dalam memanfaatkan bonus demografi.

“Jumlah penduduk itu harus diatur, supaya kemampuan negara untuk menciptakan SDM yang bagus itu bisa terjaga,” tukas dr. Herbert.

Lalu, dr. Herbert mengatakan bahwa perencanaan kehamilan dibutuhkan untuk menciptakan SDM yang unggul. “Kehamilan adalah suatu perayaan dalam kehidupan bereproduksi, seperti perayaan lain tentunya membutuhkan perencanaan. Tidak hanya tentang kapan mau hamil, juga apakah sudah siap,” ungkapnya.

Ketika keluarga dapat merencanakan kelahiran anak dengan baik, kualitas hidup akan meningkat. Anak-anak tumbuh optimal karena orang tua lebih siap secara fisik, mental, maupun ekonomi.

Positive Parenting 

Sementara itu, Psikolog Keluarga Sani Budiantini Hermawan, mengatakan bahwa keluarga merupakan sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran, hubungan khusus, pernikahan. Ia mengajak para orang tua untuk mengenali lebih luas peran orang tua dalam mendidik dengan peka terhadap kebutuhan anak.

“Positive parenting mengedepankan rasa kasih sayang dan kepekaan terhadap anak, bukan dengan pengabaian dan kekerasan. Tegas bukan keras,” jelas Sani.

Menurutnya, keluarga berkualitas terdiri dari tiga pilar yaitu komunikasi sehat, pembagian peran, serta keuangan yang dikelola dengan baik. “Kalau komunikasi sehat, kita jadi bisa menghargai satu sama lain. Komunikasi harus dibangun dua arah, bukan satu arah,” ungkapnya.

Lanjut Sani, dengan mengubah pola pengasuhan ke arah yang positif, akan menghasilkan keluarga yang sehat mental, dengan ciri-ciri: dibanjiri emosi bahagia, bisa tertawa, saling menghargai diri dan anggota keluarga lainnya, mengembangkan potensi, bisa membangun hubungan sosial, serta meregulasi emosi.

Webinar ini tidak hanya menyajikan ilmu praktis dari aspek kesehatan reproduksi dan pengendalian penduduk, tetapi juga memberikan wawasan baru terkait pentingnya kesehatan mental dan kualitas hubungan keluarga.

Webinar ini menjadi salah satu upaya nyata Kemendukbangga/BKKBN untuk memperluas literasi masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan peran kontrasepsi. Dengan pendekatan edukatif yang menggabungkan perspektif medis dan psikologis, acara ini diharapkan mampu membuka wawasan masyarakat sekaligus mendorong kesadaran kolektif bahwa keluarga berkualitas adalah modal utama menuju Indonesia Emas 2045.*

Baca Juga :  Sekjen KAHMI: Kader diharapkan Miliki Intelektualitas yang Berbasis Integritas

Written by Sayuti