in ,

Membangun Tradisi Intelektual, Pembukaan Sekolah Mazhab Ciputat Resmi Diluncurkan

Komaruddin Hidayat (tengah, depan) dan Lies Marcoes Natsir (kiri, depan) bersama Tim Sekolah Mazhab Ciputat dan para peserta acara Studium Generale dan Pembukaan Resmi Sekolah Mazhab Ciputat Angkatan 1.

Ciputat, Tangerang Selatan – Atmosfer tradisi intelektual khas Mazhab Ciputat sangat terasa di ruang pertemuan Roemah Nena Resto, Ciputat Timur, Tangerang Selatan pada Jumat siang hingga sore, 26 September 2025.

Di ruang tersebut, berlangsung acara Studium Generale dan Pembukaan Resmi Sekolah Mazhab Ciputat Angkatan 1. Ada empat sekolah yang resmi dibuka yakni Sekolah Hukum dan Kebijakan Publik, Sekolah Feminisme dan Gerakan Perempuan, dan Sekolah Sastra dan Kepenulisan, serta memiliki 80 orang peserta dari berbagai latar belakang organisasi/universitas dengan 20 peserta pada masing-masing sekolah.

Saat acara berlangsung, Tim Sekolah Mazhab Ciputat juga meluncurkan secara resmi website dengan tautan https://mazhabciputat.id/ .

Sebagai informasi, Sekolah Mazhab Ciputat berada di bawah nauangan Nurcholish Madjid Training Center (NMTC). Pelaksanaan kegiatan sekolah bekerja sama dengan Pengurus Pusat Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (PP IKALUIN Jakarta) dan Logeeka.

Dua intelektual muslim yang lahir dari “rahim” Mazhab Ciputat tampil sebagai narasumber studium generale, yakni Ketua Dewan Pers sekaligus Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2006–2015 Komaruddin Hidayat dan tokoh feminis sekaligus mantan Direktur Eksekutif Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB) Lies Marcoes Natsir. Studium generale berlangsung interaktif berbasis intelektual antara dua narasumber dengan para peserta.

Para peserta yang hadir dalam acara berasal dari beragam kalangan, organisasi, dan universitas, termasuk para peserta empat sekolah pada Sekolah Mazhab Ciputat.

Tiga Program Utama

Direktur Sekolah Mazhab Ciputat Zezen Zaenal Mutaqin menyatakan, pembentukan Tim Sekolah Mazhab Ciputat hingga pembukaan resmi empat sekolah memakan waktu yang “cukup singkat” yakni hanya sekitar empat bulan sejak Mei 2025. Saat proses rekrutmen calon peserta pada Agustus 2025, terdapat lebih 350 pendaftar dari seluruh Indonesia dengan beragam organisasi, profesi, dan tingkat pendidikan dari S1 hingga S3. Pada akhirnya dengan proses seleksi yang sangat ketat dan objektif, Tim Sekolah Mazhab Ciputat memutuskan meluluskan 80 orang peserta yang untuk empat sekolah yang memiliki mentor bereputasi pada bidangnya.

“Kami menamai Sekolah Mazhab Ciputat karena kami ingin mempunyai lini kajian model forum studi yang lebih terstruktur dengan satu dua orang mentor serta memiliki semacam silabus. Ini semacam aktivitas rutin Mazhab Ciputat. Kami ingin menghidupkan kembali warisan dan membangun tradisi intelektual Mazhab Ciputat,” tegas Zezen saat memberikan sambutan, di lokasi acara, Jumat, 26 September 2025.

“Alhamdulillah hari ini kita akan memulai Sekolah Mazhab Ciputat Angkatan 1. Masing-masing sekolah menerima 20 peserta dan karena itu kita akan memiliki 80 orang peserta yang akan belajar secara offline bersama mentor selama 3 bulan ke depan sejak Oktober hingga Desember 2025,” sambung Zezen.

Lulusan Science of Juridical Doctor (S.J.D.) dari UCLA School of Law USA ini menegaskan, selain empat sekolah terdapat juga dua program unggulan lainnya Sekolah Mazhab Ciputat yakni rountable series yang mengkaji dan membahas isu-isu terkini/aktual dan klub kajian buku (KKB).

Menurut Zezen, tentu saja apa yang Tim Sekolah Mazhab Ciputat lakukan pada Jumat, 26 September 2025 ini barulah langkah awal dan langkah kecil. Tantangan ke depan akan lebih besar. Kemungkinan akan ada orang yan tidak suka melihat orang lain melakukan sesuatu, meski mereka juga enggan melakukannya. Konteks ini pun dapat terjadi ketika ada orang atau kelompok tertentu menyoroti Sekolah Mazhab Ciputat.

“Jika tidak ada orang, organisasi atau kelompok yang mau mendorong mobil intelektualisme ini berjalan kembali, kita harus mendorongnya biar jalan. Ini kewajiban kolektif, fardu kifayah. Orang akan pesimis, mencibir, sinis, atau iri. Tapi itu biasa, itu tanda kita sedang melakukan sesuatu. Itu tanda apa yang kita lakukan dilihat dan dinilai orang,” ujanya.

Menyalakan Api Intelektual Mazhab Ciputat

Zezen Zaenal Mutaqin menekankan, sebagai sebuah mazhab pemikiran maka tentu Mazhab Ciputat menandai keberanian untuk menafsir ulang khazanah Islam secara kreatif, membuka diri terhadap ilmu pengetahuan modern, serta merespons tantangan sosial, politik, dan kebangsaan Indonesia. Dari sinilah muncul generasi pemikir, aktivis, dan akademisi yang berperan penting dalam memperkaya wacana Islam, demokrasi, dan kemanusiaan di Indonesia.

“Karena itu Mazhab Ciputat bukan sekadar sebutan geografis, melainkan sebuah simbol tradisi berpikir kritis, dialogis, dan progresif yang berakar pada pergulatan intelektual,” kata Zezen.

Zezen yang juga Ketua Program Studi Magister Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), kini Mazhab Ciputat dihidupkan kembali sebagai sebuah wadah yang mengusung api intelektual yakni api yang menyalakan keberanian berpikir kritis, keberpihakan pada keadilan sosial, dan keterbukaan terhadap dialog lintas tradisi.

“Melalui riset, publikasi, diskusi, dan kerja-kerja intelektual lainnya, Mazhab Ciputat berkomitmen untuk terus menghadirkan Islam yang relevan dengan zaman, sekaligus meneguhkan peran intelektual dalam membangun peradaban Indonesia yang inklusif, adil, dan berkeadaban,” tandas Zezen.

Komaruddin Hidayat menyabut baik pembentukan Sekolah Mazhab Ciputat dan pembukaan resmi empat sekolah pada Sekolah Mazhab Ciputat angkatan 1. Bagi Komaruddin, keberadaan Sekolah Mazhab Ciputat merupakan upaya dan tindakan konkret untuk membangun tradisi intelektual Mazhab Ciputat yang inklusif bagi semua kalangan dan golongan. Dalam rentang keberadaan Mazhab Ciputat, kata Komaruddin, ada banyak tokoh dan intelektual yang muncul dan mewarnai khazanah keilmuan dan intelektualitas di Indonesia.

“Saat ini, kita perlu menegaskan kembali dan memperteguh gagasan keindonesiaan, keislaman, dan kemanusiaan. Saya mengharapkan, keberadaan Sekolah Mazhab Ciputat dapat tetap membangun tradisi intelektual berdasarkan keindonesiaan, keislaman, dan kemanusiaan,” ujar Komaruddin.

Dia menekankan, tradisi intelektual Ciputat — Mazhab Ciputat — berakar pada pemikiran dengan membaca berbagai karya, dialog/diskusi, dan tulisan. Menurut Komaruddin, program-program utama Sekolah Mazhab Ciputat yang saat ini ada berupa empat sekolah, rountable series, dan klub kajian buku (KKB). Lebih lanjut, tutur Komaruddin, karya tulisan bagi para peserta Sekolah Mazhab Ciputat menjadi muara penting yang harus pula mendapatkan porsi lebih. Bagi Komaruddin, Sekolah Mazhab Ciputat pun seyogianya menekan etos cinta ilmu.

“Etos cinta ilmu sangat penting, nafasnya cinta ilmu. Ilmu itu harus mengalir. Ketika membaca buku, anda harus mengeluarkannya dengan menulis dan diskusi karena diskusi lebih tertata dan lebih bertanggung jawab. Ibarat air di keran, air akan mengalir ketika keran itu dibuka. Kapan ilmu itu mengalir? Ketika anda menulis atau mengajar atau diskusi,” ucap Komaruddin.

Lies Marcoes Natsir mengungkapkan, upaya menghidupkan kembali warisan dan tradisi intelektual Mazhab Ciputat memang harus dilakukan secara berkesinambungan, dari generasi sebelumnya hingga generasi saat ini. Lies sependapat dengan Komaruddin Hidayat bahwa tradisi intelektual Mazhab Ciputat berpijak pada cinta pada ilmu dan pemikiran yang inklusif dari berbagai karya intelektual, terbuka dan membuka ruang dialog/diskusi, dan menuangkannya dalam bentuk karya tulis. Menurutnya, para tokoh dan intelektual Mazhab Ciputat terkenal dengan gagasan dan karya yang mengispirasi berbagai kalangan serta berbuat untuk kepentingan masyarakat luas sesuai dengan bidang masing-masing.

“Fondasi dari Mazhab Ciputat adalah berani berpendapat, berani berpikir, tidak takut mempertanyakan mazhab atau cara pandang ketika berdiskusi atau menuangkan isi pikiran dalam bentuk tulisan. Fondasi inilah yang membentuk seseorang dari Ciputat, termasuk saya yang lahir dari rahim Mazhab Ciputat,” ungkap Lies. (*)

Baca Juga :  KAHMI Mendesak Pemerintah Memperlancar Sertifikasi Badan Usaha dan Keahlian serta Perizinan PBG

Written by Sayuti